Righteous Kill
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...
Quisque sed felis
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...
Etiam augue pede, molestie eget.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...
Exoplanet GJ 1214b
Planet GJ 1214b ditemukan pada tahun 2009 dalam proyek landas Bumi MEarth (baca: mirth) yang dipimpin oleh David Charbonneau dari (Harvard–Smithsonian Center for Astrophysics). Planet yang tergolong sebagai planet Super Bumi tersebut memiliki ukuran 2,7 diameter Bumi dan massanya hampir 7 kali massa Bumi. Dari komposisi ukuran tersebut, GJ 1214b tergolong berada di antara ukuran Bumi dan planet es raksasa Uranus dan Saturnus.
Exoplanet GJ 1214b bergerak mengelilingi bintang induknya setiap 38 jam pada jarak 2 juta km dari sang bintang, atau sekitar 70 kali lebih dekat dari orbit Matahari – Bumi (150 juta km). Dperkirakan temperatur permukaan planet GJ 1214b mencapai 232º Celsius.
Planet GJ 1214b mengorbit bintang GJ 1214 yang massanya lima kali lebih kecil dari massa Matahari dan kecerlangan 300 kali lebih redup. Bintang ini berada pada jarak 40 tahun cahaya di rasi Ophiuchus. GJ 1214 merupakan bintang kelas M atau bintang katai merah yang masih tergolong bintang dingin dengan temperatur permukaan hanya berkisar 2700 derajat Celcius. (- temperatur permukaan Matahari mencapai kisaran 5500 derajat Celsius)
Dunia Air
Tahun 2010, Jacob Bean melakukan penelitian pada atmosfer GJ 1214b dan menemukan atmosfer di planet tersebut memiliki air sebagai penyusun utama. Tapi, sebagai argumentasi dapat juga dijelaskan dengan keberadaan kabut di atmosfer GJ 1214b.
Dalam pengamatan dan penelitian exoplanet GJ 1214b kali ini, Berta dan rekan-rekannya menggunakan instrumen WFC3 milik Hubble untuk mempelajari GJ 1214b saat ia melintas di depan bintang (dari sudut pandang pengamat). Saat terjadi transit seperti itu, cahaya bintang disaring melalui atmosfer planet sehingga pengamat bisa mendapatkan petunjuk campuran kandungan gas di dalamnya. Dalam kasus GJ 1214b, Berta menggunakan Hubble untuk mengukur warna inframerah dari terbenamnya bintang di planet tersebut.
Jika yang ada di atmosfer itu adalah kabut, maka kabut akan transparan terhadap cahaya inframerah
Planet GJ 1214b ditemukan pada tahun 2009 dalam proyek landas Bumi MEarth (baca: mirth) yang dipimpin oleh David Charbonneau dari (Harvard–Smithsonian Center for Astrophysics). Planet yang tergolong sebagai planet Super Bumi tersebut memiliki ukuran 2,7 diameter Bumi dan massanya hampir 7 kali massa Bumi. Dari komposisi ukuran tersebut, GJ 1214b tergolong berada di antara ukuran Bumi dan planet es raksasa Uranus dan Saturnus.
Exoplanet GJ 1214b bergerak mengelilingi bintang induknya setiap 38 jam pada jarak 2 juta km dari sang bintang, atau sekitar 70 kali lebih dekat dari orbit Matahari – Bumi (150 juta km). Dperkirakan temperatur permukaan planet GJ 1214b mencapai 232º Celsius.
Planet GJ 1214b mengorbit bintang GJ 1214 yang massanya lima kali lebih kecil dari massa Matahari dan kecerlangan 300 kali lebih redup. Bintang ini berada pada jarak 40 tahun cahaya di rasi Ophiuchus. GJ 1214 merupakan bintang kelas M atau bintang katai merah yang masih tergolong bintang dingin dengan temperatur permukaan hanya berkisar 2700 derajat Celcius. (- temperatur permukaan Matahari mencapai kisaran 5500 derajat Celsius)
Dunia Air
Tahun 2010, Jacob Bean melakukan penelitian pada atmosfer GJ 1214b dan menemukan atmosfer di planet tersebut memiliki air sebagai penyusun utama. Tapi, sebagai argumentasi dapat juga dijelaskan dengan keberadaan kabut di atmosfer GJ 1214b.
Dalam pengamatan dan penelitian exoplanet GJ 1214b kali ini, Berta dan rekan-rekannya menggunakan instrumen WFC3 milik Hubble untuk mempelajari GJ 1214b saat ia melintas di depan bintang (dari sudut pandang pengamat). Saat terjadi transit seperti itu, cahaya bintang disaring melalui atmosfer planet sehingga pengamat bisa mendapatkan petunjuk campuran kandungan gas di dalamnya. Dalam kasus GJ 1214b, Berta menggunakan Hubble untuk mengukur warna inframerah dari terbenamnya bintang di planet tersebut.
Jika yang ada di atmosfer itu adalah kabut, maka kabut akan transparan terhadap cahaya inframerah
Planet Mengambang Bebas
Pengamatan untuk mencari exoplanet menggunakan Very Large Telescope milik ESO dan Teleskop Canada-France-Hawaii berhasil mengidentifikasi keberadaan planet yang berkelana sendirian tanpa bintang induknya.
Penemuan ini tentu saja menjadi sangat penting dan menggembirakan karena si obyek yang dilihat merupakan kandidat planet mengambang bebas yang bisa diyakini sebagai kandidat planet dan bukan bintang katai coklat. Messkipun kemungkinan itu tetap ada.
Selain itu ia juga berada dekat dengan Tata Surya dalam jarak 100 tahun cahaya. Jaraknya yang “dekat” dan ketiadaan bintang terang yang dekat dengannya menjadi keuntungan tersendiri karena para astronom bisa mempelajari atmosfer exoplanet baru ini dengan lebih detil. Selain itu keberadaan planet mengambang bebas seperti ini juga memberi gambaran intrumen masa depan yang akan dibangun dan tujuan pencarian planet di sekitar bintang lain.
Planet mengambang bebas merupakan obyek yang berkeliaran sendirian di angkasa tanpa terikat dengan bintang apapun. Sebenarnya contoh keberadaan planet seperti ini pernah ditemukan sebelumnya. Sejumlah kandidat planet mengambang bebas pernah ditemukan semenjak pertama kali dikenal pada tahun 1990. Tapi di tahun 1990, yang ditemukan bukanlah sebuah exoplanet melainkan sebuah katai coklat yang melintas batas massa planet sehingga sulit dipastikan obyek ini sebuah katai coklat si bintang “gagal” ataukah planet.
Penemuan Planet Yatim Piatu
Di tengah era penemuan planet baru, para astronom berhasil menemukan obyek yang diberi nama CFBDSIR2149. Nama ini berasal dari akronim Canada-France Brown Dwarfs Survey (CFBDS) sebuah proyek berburu katai coklat dingin.
CFBDSIR2149 yang baru ditemukan tersebut, diperkirakan merupakan bagian dari aliran bintang muda di dekatnya yang dikenal sebagai kelompok berpindah AB Doradus. Para astronom berhasil menemukan obyek tersebut menggunakan teleskop Canada-France-Hawaii dan VLT milik ESO untuk memeriksa sifat-sifatnya atau propertinya.
Kelompok gerak AB Doradus merupakan kelompok terdekat dari Tata Surya untuk kelompok yang sejenis dan merupakan kelompok 30 bintang yang bergerak bersama melintasi angkasa. Semua bintang di dalam kelompok gerak AB Doradus terbentuk dari materi yang sama pada saat yang sama. Jika obyek yang baru ditemukan tersebut memiliki hubungan dengan kelompok gerak AB Doradus maka ia merupakan obyek yang masih muda dan sangat memungkinkan bagi para astronom untuk mengetahui lebih banyak cerita dari obyek tersebut. Para astronom bisa mengetahui temperatur, massa dan atmosfer penyusun si obyek CFBDSIR2149.
Analisa statistik dari gerak diri CFBDSIR2149 menunjukkan perubahan sudut posisi di angkasa setiap tahunnya. Dari sinilah diketahui kalau CFBDSIR2149 87% memiliki hubungan dengan Kelompok
Pengamatan untuk mencari exoplanet menggunakan Very Large Telescope milik ESO dan Teleskop Canada-France-Hawaii berhasil mengidentifikasi keberadaan planet yang berkelana sendirian tanpa bintang induknya.
Penemuan ini tentu saja menjadi sangat penting dan menggembirakan karena si obyek yang dilihat merupakan kandidat planet mengambang bebas yang bisa diyakini sebagai kandidat planet dan bukan bintang katai coklat. Messkipun kemungkinan itu tetap ada.
Selain itu ia juga berada dekat dengan Tata Surya dalam jarak 100 tahun cahaya. Jaraknya yang “dekat” dan ketiadaan bintang terang yang dekat dengannya menjadi keuntungan tersendiri karena para astronom bisa mempelajari atmosfer exoplanet baru ini dengan lebih detil. Selain itu keberadaan planet mengambang bebas seperti ini juga memberi gambaran intrumen masa depan yang akan dibangun dan tujuan pencarian planet di sekitar bintang lain.
Planet mengambang bebas merupakan obyek yang berkeliaran sendirian di angkasa tanpa terikat dengan bintang apapun. Sebenarnya contoh keberadaan planet seperti ini pernah ditemukan sebelumnya. Sejumlah kandidat planet mengambang bebas pernah ditemukan semenjak pertama kali dikenal pada tahun 1990. Tapi di tahun 1990, yang ditemukan bukanlah sebuah exoplanet melainkan sebuah katai coklat yang melintas batas massa planet sehingga sulit dipastikan obyek ini sebuah katai coklat si bintang “gagal” ataukah planet.
Penemuan Planet Yatim Piatu
Di tengah era penemuan planet baru, para astronom berhasil menemukan obyek yang diberi nama CFBDSIR2149. Nama ini berasal dari akronim Canada-France Brown Dwarfs Survey (CFBDS) sebuah proyek berburu katai coklat dingin.
CFBDSIR2149 yang baru ditemukan tersebut, diperkirakan merupakan bagian dari aliran bintang muda di dekatnya yang dikenal sebagai kelompok berpindah AB Doradus. Para astronom berhasil menemukan obyek tersebut menggunakan teleskop Canada-France-Hawaii dan VLT milik ESO untuk memeriksa sifat-sifatnya atau propertinya.
Kelompok gerak AB Doradus merupakan kelompok terdekat dari Tata Surya untuk kelompok yang sejenis dan merupakan kelompok 30 bintang yang bergerak bersama melintasi angkasa. Semua bintang di dalam kelompok gerak AB Doradus terbentuk dari materi yang sama pada saat yang sama. Jika obyek yang baru ditemukan tersebut memiliki hubungan dengan kelompok gerak AB Doradus maka ia merupakan obyek yang masih muda dan sangat memungkinkan bagi para astronom untuk mengetahui lebih banyak cerita dari obyek tersebut. Para astronom bisa mengetahui temperatur, massa dan atmosfer penyusun si obyek CFBDSIR2149.
Analisa statistik dari gerak diri CFBDSIR2149 menunjukkan perubahan sudut posisi di angkasa setiap tahunnya. Dari sinilah diketahui kalau CFBDSIR2149 87% memiliki hubungan dengan Kelompok
Dua Planet dengan Dua Matahari ?
Sebuah dunia dengan dua Matahari. Kisah ini tentu tidak asing bagi para penggemar Star Wars. Dan tidak hanya itu para astronom pun berhasil menemukan planet seperti itu. Planet Kepler-16b itulah planet yang memiliki dua buah “bintang” sebagai Mataharinya. Dan ternyata, planet di sirkumbinari ini tidak cuma satu.
Planet di Bintang Kembar
Bintang Kaya Logam, Induk Bagi Planet Batuan
Hasil penemuan terbaru mengungkapkan kalau planet batuan seperti halnya planet raksasa lebih mungkin untuk ditemukan pada bintang dengan kandungan logam yang tinggi Selain itu planet batuan juga lebih banyak terdapat di sekitar bintang bermassa rendah.
Hubungan Bintang dan Planet Gas
Kevin Schlaufman dan Gregory Laughlin dari University of California
di Santa Cruz mempelajari 997 bintang yang memiliki kandidat planet di
orbitnya dan keduanya menemukan kalau planet besar maupun kecil lebih
sering ditemukan di sekitar bintang yang memiliki kelimpahan logam lebih
banyak.
Astronom Asal Indonesia Menemukan Planet Tertua di Alam Semesta
Astronom asal Indonesia, Dr. Johny Setiawan, bersama dengan ilmuwan-ilmuwan Eropa baru saja menemukan sistem keplanetan yang unik. Sistem keplanetan ini beranggotakan dua planet yang mengorbit bintang HIP 11952, masing-masing dalam waktu 7 dan 290 hari.
Bintang HIP 11952 tergolong bintang yang sangat tua. Usianya sekitar
13 milyar tahun, hampir seumuran dengan alam semesta! Selain itu,
bintang ini mengandung unsur logam sedikit sekali,
Teknik Baru Menelusuri Atmosfer Exoplanet
Exoplanet itu sangat redup jadi cahayanya tidak bisa kita lihat langsung. Yang kita lihat adalah cahaya bintang induknya. Ketika planet sedang melintas, cahaya bintang yang mengarah ke Bumi akan melewati atmosfer si planet di depannya. Ketika itu terjadi, sidik atmosfer si planet aka akan tercampur dalam cahaya bintang yang kita terima. Dari sini para astronom dapat menganalisa mana yang merupakan komposisi atmosfer planet.
Para astronom menggabungkan pengamatan inframerah kualitas tinggi
(pada panjang gelombang sekitar 2,3 mikron) dengan trik baru yang cerdas
yang dapat mendeteksi sinyal lemah si planet dari sinyal bintang yang
lebih kuat.